Kamis, Agustus 21, 2014

Kuthbah Jumat (cara berinteraksi dengan alqur'an)

CARA BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
Oleh: H. Marhadi Muhayar, Lc, M.A.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. 
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…
Memahami dan mengamalkan al-Qur’an dalam menjalankan kehidupan sehari-hari bagi umat Islam suatu kewajiban yang tidak bisa dihindari, jika dia ingin selamat didunia. Sebab al-Qur’an yang diturunkan melalui Rasulullah merupakan firman Allah yang begitu luas maknanya yang tersurat maupun tersirat.

          Apabila kita bertanya dimanakah letaknya keindahan, kebesaran, serta keagungan Islam? jawabanya semua keindahan, semua kebesaran, dan semua keagungan terletak didalam kitabnya umat Islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yakni al-Qur’anul karim. Semakin banyak orang memahami, semakin orang mendalami tentang isi al-Qur’anul karim, maka dia akan semakin merasakan betapa indahnya  keagungan serta kebesaran daripada al-Qur’an itu. Oleh karena itu, banyak sebagian umat non Islam mereka selanjutnya masuk ke dalam Islam, karena mereka tahu tentang kandungan, keagungan serta kebesaran dari pada bacaan ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran, sehingga para pemikir, tokoh-tokoh yang memeluk pada ajaran Islam, mereka mengatakan : “Segala puji bagi Allah yang menunjukan kami kepada Islam sebelum kami mengenal kepada orang Islam” Artinya , seandainya  jika mereka melihat kondisi umat Islam ini, mereka tidak pernah akan menemukan petunjuk dari Allah swt karena umat Islam di anggap oleh mereka tidak mencerminkan dari pada isi al-Quran .
           
            Oleh karena itu, betapa pentingnya  kita mempersiapkan, membangun satu generasi umat yang mengarahkan kepada al-Quran, karena dari al-Quran ini mereka akan betul-betul mendapatkan satu keyakinan. Rasulullah saw bersabda “Didiklah, tanamkanlah kepada putra-putrimu untuk mencintai Al-Qur’an” dalam tiga  hal : 

1. Al-Qur’an Hubban, al-Qur’an sebagai Kekasih.
Bagaimana kita menanamkan rasa cinta kepada al-Qur’an?  yang pertama kali adalah mengenalkan al-Qur’an kepada anak. Maka kenalkanlah al-Qur’an terhadap generasi kita, karena dengan mengenal al-Qur’an selanjutnya akan mempunyai kecintaan terhadap Al-Qur’an. Tentunya yang pertama kali kita mengenalkan bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah  ( firman Allah ). Kalau sudah firman Allah berarti sifat-sifat Allah, kalau sudah sifat al-Qur’an berarti al-Qur’an itu kekal, al-Qur’an itu artinya atau terjemahannya tidak akan hancur dan tidak akan musnah, karena sifat-sifat Allah tersebut yang berarti kekal. Allah swt berfirman yang artinya “ Sesungguhnya kami menurunkan al-Qur’an dan kamilah yang akan menjaganya “. Maka jelas Allah akan menjaga          al-Qur’an itu sendiri baik bacaannya, lafadznya, maupun ejaannya Allahlah yang memelihara, Allah jaga keasliannya dan kemurniannya tentang keutuhan al-Qur’an. Kecantikan al-Qur’an secara lafadznya, Allah menjaganya melalui dada orang-orang yang hafal al-Qur’an. Dalam memelihara al-Qur’an juga Allah menanamkan kesadaran terhadap orang Islam sehingga mereka berlomba-lomba untuk mencetak al-Qur’an dalam bentuk seindah mungkin. Hal yang terbiasa bukan hanya orang Islam saja yang mencetak al-Qur’an, dengan lidah orang kafir pun ikut mencetaknya dengan indah, dimana di Perancis, di Inggris, Jerman, mereka mencetak al-Qur’an dengan indah dengan tulisan emas tanpa sedikitpun di kurangi kadar keemasannya dan satu huruf pun tidak ada yang di kurangi, mereka tidak menyadari kalau sebetulnya mereka juga ikut menjaga keutuhan akan al-Qur’an tersebut.

 Oleh karena itu al-Qur’an adalah kalamullah, tentu bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an di luar dari pada kemampuan manusia. Ketika al-Qur’an di turunkan, bangsa Arab yang pintar akan karya sastra, begitu juga karya sastra yang mereka kuasai sehingga ada beberapa syair-syair yang kita kenal : yaitu syair tujuh orang yang telah lolos dari pada penyisihan lalu di gantungkan di tembok-tembok ka’bah, kemudian al-Qur’an datang pada mereka. Ketika mereka melihat, mendengar dan membaca dari pada isi al-Qur’an, mereka berkesimpulan, ini bukan bahasa manusia, kalau seorang pengajar dengan syairnya akan memuaskan pembacanya dan pendengarnya, kalau kita mendengar bahasanya seorang Filosofis, kita akan puas dengan logika yang mereka pakai, tapi perasaanya tidak pernah puas, ketika kita membaca syair, perasaan kita puas tapi logika kita tidak akan puas. Berbeda dengan al-Qur’an, ketika kita membaca bukan saja perasaan kita yang begitu tersentuh, tetapi logika kita juga ikut merasa puas, karena al-Qur’an bukan bahasa penyair, bukan bahasa Filosofis, tapi al-Qur’an adalah kalamullah, tentu kita tidak akan kecewakan indahnya, nikmatnya perasaan kepuasan ketika membaca al-Qur’an kalau kita tidak sambil memahami dari pada bacaan dalam      al-Qur’an tersebut.

2. Al-Qur’an Mu'jizatan, al-Qur’an sebagai Mukjizat

            Mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Saw, setiap Rasul Allah berikan mukjizat sesuai dengan rintangan yang Allah berikan kepada mereka. Diantaranya Nabi Musa Allah berikan mukjizat dengan tongkatnya, Nabi Isa Allah berikan mukjizat dengan bisa mengobati orang-orang yang sakit yang orang lain tidak bisa mengobatinya serta Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati, tetapi semua apa yang mereka dapatkan, Allah tidak mewariskannya kepada umat-umat mereka. Tongkat Nabi Musa setelah Nabi Musa wafat tongkatnyapun di ambil oleh Allah Swt. Nabi Isa sebagai Dokter, maka ketika Nabi Isa di angkat oleh Allah semua kedokterannya pun di angkat karena mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi-Nabi hanya bersifat lokal, bersifat temporal ( sementara ) kecuali mukjizat yang di berikan kepada Nabi Muhammad Saw selain mukjizat dalam bentuk kauniah sementara, tetapi juga di berikan mukjizat yang sifatnya lokal, yang tidak akan pernah berubah adalah al-Qur’anul karim. Ketika Nabi Muhammad menghadap kepada Allah Swt, al-Qur’an tersebut di wariskan Nabi kepada umatnya. Ini artinya yang memperoleh mukjizat dari Allah bukan hanya Nabi Muhammad Saw, tetapi semua umatnya pun mendapatkannya yakni al-Qur’anul karim. Akan tetapi betapa bodohnya kita, betapa lalainya kita, ketika memperoleh sesuatu yang berharga yang tiada taranya, tetapi kita sia-siakan dengan hanya memakai hawa nafsu saja tanpa memikirkan akherat kelak.  kita menyia-nyiakan al-Qur’an, padahal kita tahu bahwa al-Quran adalah mukjizat yang apabila kita baca dengan sungguh-sungguh kita pahami, serta kita peraktekan dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sama dengan memperoleh mukjizat dari Allah Swt.   

            Seandainya kita termasuk orang yang Iman melaksanakan al-Qur’an, katakanlah tidak seluruhnya daripada al-Qur’an kita amalkan, misal hanya satu kata saja, maka kita termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT, karena dengan satu kata itu akan tercermiin semua aktifitas kehidupan kita ke jalan yang diridloi Allah swt.

            Firman yang pertama kali Allah turunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat al-Alaq yaitu “Iqra” yang artinya adalah bacalah, Baca disini bukan hanya membaca yang berupa tulisan saja, tetapi termasuk juga meneliti, merenungkan dengan melakukan observasi terhadap keadaan sekarang ini, apakah sesuai dengan apa yang diharuskan oleh al-Qur’an tersebut atau tidak? apapun kapasitas kita, apakah sebagai pedagang, apabila mendengar pesan Allah “Iqra” maka dia harus pandai membaca agar dagangannya lancar dan sukses, tentunya membaca kondisi, membaca harga, membaca barang yang akan dijual, baik itu jenis produknya, jenis barangnya. Membaca watak konsumen. Seorang pemimpinpun demikian harus pandai membaca kondisi rakyatnya, negaranya, kekayaan negaranya, maju mundur negara, kemiskinan dalam negaranya  sebab akibat yang ditimbulkan. Dengan “Iqra” maka kita akan meraih kesuksesan. Karena al-Qur’an merupakan mukjizat yang didalamnya berupa cara-cara dalam hidup yang akan membimbing kita baik dalam usaha sampai masalah ajalnya, dan termasuk orang yang beruntung tentunya dengan petunjuk al-Qur’an tersebut.

3. Al-Qur’an hudan, al-Qur’an sebagai Petunjuk.

            Didalam surat al-Baqarah Allah berfirman yang Artinya : “Bulan Ramadhan yang diturunkan didalamnya al-Qur’an petunjuk bagi manusia”. Diakui atau tidak bahwa kemajuan yang dicapai umat manusia sekarang ini ternyata tidak lepas daripada petunjuk al-Qur’an. Kemajuan teknologi yang dicapai oleh bangsa Amerika tidak lepas daripada isyarat al-Qur’an, contoh : Dalam surat aL-Mulk Allah menjelaskan “ Apakah mereka tidak melihat bagaimana burung-burung itu bisa terbang diangkasa, bisa melepaskan sayapnya”. Padahal kita selaku orang Islam hanya dapat membacanya saja, tapi yang memperaktekannya justru orang non muslim. Dari ayat-ayat ini orang-orang non muslim berfikir bagaimana menciptakan sesuatu yang bisa terbang dengan teknologi tinggi, dan dengan pemikiran yang sangat mendalam, akhirnya mereka mampu menciptakan suatu pesawat yang bisa terbang, maka terciptalah pesawat terbang, oleh karena itu kemajuan teknologi dalam aspek kehidupan ini tidak bisa lepas daripada al-Qur’an.

            Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Bagi orang yang bertakwa terdapat tiga Fungsi daripada al-Qur’an :

1.   Petunjuk dalam masalah keyakinan. Bagaimana seharusnya manusia memahami dan meyakini akan hakikat keberadaan Allah SWT sebagai Tuhannya, semua tertera dalam al-Qur’an.

2.   Petunjuk tentang syariat dalam agama dan juga tentang persoalan-persoalan hubungan manusia dengan Allah, serta manusia dengan manusia.

3.   Petunjuk masalah Akhlak. Bagi orang yang beriman yang percaya kepada Allah maka dimanivestasikan dalam perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu kita berharap mudah-mudahan putra-putri kita termasuk orang yang mencintai al-Qur’an. Karena dengan memupuk kecintaan terhadap al-Qur’an, mereka akan selalu ingin membacanya dan mengamalkannya karena al-Qur’an merupakan sumber kesuksesan serta kebahagiaan di dunia dan akherat. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita, dan menanamkan rasa cinta terhadap al-Qur’anul karim.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ، أَقُولُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِين، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ!
                                   


Khutbah Jumat (Makrifat Melalui Akal)


BERMAKRIFAT MELALUI AKAL
Oleh : H. Marhadi Muhayar, Lc., M.A.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. 
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…

Sebagai seorang muslim, kita selalu diarahkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah agar senantiasa meningkatkan makrifat atau pengenalan diri kita kepada Dzat Pemelihara alam semesta, Allah swt. Bermakrifat kepada Allah merupakan salah satu bagian dari ibadah /yang paling mulia dan luhur bagi setiap muslim. Mengenal Allah dengan makrifat yang sempurna merupakan pondasi yang teramat kokoh bagi seluruh keyakinan dan kehidupan rohani seseorang.
Bermakrifat kepada Allah merupakan sumber dari kepercayaan dan keimanan yang diajarkan Islam, seperti kepercayaan kepada malaikat, para nabi dan rasul, kitab-kitab suci, hari akhirat dan kepercayaan lain yang harus diyakini oleh setiap pribadi mukmin. Mengenal Allah swt bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu dengan cara memahami asma (nama-nama) Allah yang mulia dan agung, yang biasa dikenal dengan sebutan al-asma al-husna, atau bermakrifat dengan menggunakan akal fikiran. 
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibekali akal dan fikiran oleh Allah swt diarahkan agar selalu menggunakan karunia yang agung ini sesuai dengan fungsinya yang sangat dominan. Seluruh anggota tubuh manusia mempunyai tugas masing-masing yang berbeda (job description). Tugas tersebut harus terus dipikul oleh setiap insan dan tidak pernah berhenti selama hayat masih dikandung badan.
Tugas akal fikiran adalah memikirkan, menganalisa, memeriksa, mengamati, dan meneliti hal-hal yang perlu diperhatikan. Apabila akal dan fikiran yang kita miliki dan amat berharga itu tidak digunakan dengan semestinya, maka akan sia-sialah karunia yang mulia itu, sehingga akan menyebabkan kebekuan dan kejumudan dalam menjalani rona-rona kehidupan.
Ajaran Islam menghendaki agar akal yang dimiliki setiap insan itu digunakan sebaik-baiknya, segera bekerja melepaskan belenggu yang mengekangnya, cepat bangkit dari tidur nyenyaknya, kemudian mulai memikirkan, menganalisis, memperhatikan, dan meneliti setiap hal yang ada di sekitarnya. Kegiatan seperti ini termasuk dalam inti peribadatan yang bermutu terhadap Allah swt, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Katakanlah, perhatikanlah olehmu segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi...” (QS. Yunus,  10:101).
Seorang mukmin dibimbing oleh al-Qur’an agar selalu mengadakan pemikiran terhadap segala sesuatu yang dijumpainya, kemudian dari pemikiran itu akan diperoleh pelajaran-pelajaran yang berharga bagi dirinya dan bagi masyarakatnya. Di samping mengadakan penyelidikan dan penelitian dalam segala bidang kehidupan, seorang mukmin juga diharapkan agar menyertakan niat yang tulus dan ikhlas untuk beribadah kepada Allah selama dalam proses penelitian tersebut. Dengan demikian, seorang mukmin yang diridhai oleh Allah adalah orang yang senantiasa menjaga keseimbangan (balance) antara beribadah dan berfikir. Setiap orang yang senantiasa menjaga keseimbangan antara berfikir, beribadah (mahdhah), dan beraktifitas, ia akan menjumpai bahwa kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukannya itu ada yang bersifat taabbudi (ritual) dan ta’aqquli (rasional). Allah swt berfirman, “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba, 34:46)   
Orang-orang yang mengingkari karunia akal dan fikiran yang agung itu dengan tidak menggunakannya sebaik mungkin, maka mereka akan tercampakkan dalam lembah kehinaan dan kenistaan. Kerendahan dan kehancuran akan menimpa mereka dalam kehidupan di dunia sekarang ini, lebih-lebih di akhirat nanti. Manusia yang berkarakter seperti di atas sungguh sangat dicela oleh al-Qur’an yang mengemban nilai-nilai kebenaran. Di samping itu mereka pun akan dicemooh dan disingkirkan oleh orang-orang cerdik-cendekia karena sudah tidak sejalan dengan nilai-nilai peradaban yang semakin berkembang. Dalam hal ini, Allah berfirman, “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lewati, tetapi mereka tidak memperhatikannya.” (QS. Yusuf, 12:105)
Dalam realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sekarang ini, banyak dijumpai orang-orang yang berpaling dari tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah,  padahal tanda-tanda tersebut sering bahkan selalu mereka dapati dengan jelas di depan mata. Kendati peringatan demi peringatan terus berkali-kali diarahkan, mereka tetap saja tidak mau menolehnya. Mata hati mereka telah tertutup dengan kesombongan, dosa, dan kemunafikan. Inilah maksud ayat al-Qur’an yang berbunyi, “Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.” (QS. Yasin, 36:46)
Tidak berfungsinya akal fikiran seseorang menurut cara yang semestinya, akan menjadikan status dan kedudukan manusia sebagai makhluk yang berakal menurun, dari makhluk yang terpuji menjadi makhluk yang paling rendah dan hina, sebagaimana yang disinggung dalam ayat al-Qur’an, “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. al-Tin, 95:1-6)
Apabila seorang manusia tidak beriman kepada Allah dan selalu berbuat kerusakan di muka bumi, maka ia sungguh akan menjadi ‘monster’ yang paling berbahaya dibanding dengan makhluk apapun di muka bumi ini. Kerusakan dan kejahatan yang ditimbulkan oleh orang seperti ini akan menjadi bumerang bagi kelangsungan tatanan hidup yang sudah tertanam beradab-abad tahun lamanya. Asumsi tersebut diperkuat oleh adanya bukti-bukti yang terjadi di masa sekarang ataupun di masa-masa yang telah lampau. Oleh karena itu, kita tidak merasa heran jika tindakan mereka brutal, tanpa perikemanusiaan, dan membabi buta untuk melampiaskan nafsu duniawi sesaat, tanpa berpikir atau memikirkan dampak yang timbul dari perilakunya. Dalam al-Qur’an, mereka dianggap seperti hewan yang tidak menggunakan akal dan fikiran dalam mengambil tindakan, bahkan mereka lebih sesat lagi. Sebab binatang berkelakuan amoral karena tidak dikarunia akal dan fikiran, sementara manusia yang amoral itu karena mereka tidak menggunakan akal dan fikiran yang telah dikaruniakan kepada mereka. Dalam hal ini, Allah swt berfirman, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf, 7:179)
Bermakrifat kepada Allah dengan akal fikiran artinya adalah bahwa kita harus meningkatkan daya mengenal kita kepada Sang Pencipta (al-Khaliq) dengan memikirkan ayat-ayatnya, baik yang tertulis (yaitu al-Qur’an) maupun yang terhampar (yaitu segala ciptaan-Nya di muka bumi ini). Dengan memikirkan, menganalisis, memperhatikan, meneliti, dan mengkaji itu semua, kita akan memperoleh makrifat atau pengenalan kepada Allah swt yang lebih sempurna.
Kita tidak bisa memikirkan Dzat Allah karena hal itu berada di luar jangkauan akal manusia. Apabila seseorang memikirkan Dzat Allah, maka ia akan tersesat dan terjerembab dalam noda-noda syirik. Sebuah riwayat yang diabadikan oleh al-Qur’an tentang keinginan Nabi Musa as untuk melihat Tuhannya menggambarkan bahwa manusia, hatta setingkat Nabi, tidak akan mampu menjangkau Dzat Tuhannya secara kongkrit. Lebih lengkapnya, ayat al-Qur’an yang bercerita tentang hal ini adalah sebagai berikut, “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada-Mu". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS. al-A’raf, 7:143).
Alangkah baiknya jika kita mencontoh sosok Nabi Ibrahim dalam petualangannya untuk bermakrifat kepada Allah, sebagaimana dilukiskan dalam al-Qur’an, “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. al-An’am, 6:76-79). Hal ini diperkuat oleh sebuah hadits yang berbunyi, “Renungkanlah semua makhluk Allah dan jangan sesekali memikirkan Dzat-Nya, karena akal fikiranmu tidak akan mampu menjangkau-Nya.”   

Makrifat Menuntun Manusia Untuk Bersyukur
Setiap insan yang mempergunakan akalnya untuk bermakrifat kepada Allah, maka kualitas imannya akan lebih sempurna dan lebih tinggi dari iman yang dimiliki orang awam. Seorang dokter yang memahami secara detail bagaimana fungsi dari organ-organ tubuh manusia, ia akan merasakan keagungan dan kekuasaan Allah begitu kuat dalam dirinya. Dengan menghayati keagungan dan kekuasaan Allah itu, maka kualitas imannya akan semakin sempurna. Demikian juga para ilmuwan lainnya dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti ahli biologi, geologi, astronomi, fisika, teknologi, dan sebagainya, mereka akan menyelami makrifat kepada Allah dengan melalui bidang ilmu yang ditekuninya. Dan tentu saja ilmu mereka, jika digunakan semestinya, akan mengantarkan kualitas iman mereka pada tingkat yang lebih sempurna.
Orang yang tidak memiliki ilmu dan tidak mau menggunakan akal fikirannya dengan baik, akan sedikit sekali mensyukuri nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Bahkan sebaliknya, mereka sering mengeluh terhadap semua hal yang dialaminya dalam menjalani hidup ini. Ketika hujan turun, mereka mengeluh karena beberapa pekerjaannya terbengkalai. Begitu pula ketika ada terik panas matahari, mereka mengeluhkannya karena panasnya terasa menyengat kulit. Bahkan ketika mereka menemukan buah-buahan yang rasanya asam, maka mereka langsung memaki-makinya, tanpa berfikir bahwa semuanya itu adalah hasil kreasi Allah Sang Maha Pencipta.
Orang yang beriman dan menggunakan akal fikirannya tidak akan berbuat seperti itu. Mereka tidak banyak mengeluhkan hal-hal yang mereka jumpai di alam ini, bahkan mereka selalu menanggapinya dengan penuh bersyukur kepada-Nya. Di saat orang yang berilmu itu menjumpai panas, ia akan merasakan dan mengetahui betapa banyaknya manfaat dari panas matahari itu untuk manusia. Ia menganggap hal itu sebagai karunia Allah yang sangat berharga. Oleh karena itu, ia memanfaatkanya sehingga dapat menghasilkan sumber energi tenaga surya, pertanian, dan manfaat lainnya yang sangat berguna bagi manusia. Ketika ia menjumpai hujan, hal itu ia rasakan sebagai suatu karunia Allah, karena dengan curah hujan tersebut, kelangsungan hidup semua makhluk dapat terjamin dengan baik. Bahkan ketika ia menemukan buah jeruk yang asam sekalipun, ia cepat-cepat bersyukur dan mengetahui betapa banyaknya kandungan vitamin C yang ada di dalamnya, dan hal itu sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Semua yang disebutkan di atas sekedar contoh saja, masih banyak lagi contoh-contoh dan perumpamaan-perumpamaan lainnya di muka bumi ini yang bisa digali dan diselami dari berbagai peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, untuk dicarikan manfaat dari penciptaan itu semua. Yang jelas, sungguh tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang awam, juga antara mereka yang mempergunakan akalnya dengan yang tidak menggunakannya.
Khutbah Jumat Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ!

Khutbah Jumat (Hikmah Kemerdekaan RI)



Hikmah Kemerdekaan Republik Indonesia
Oleh : H. Marhadi Muhayar, Lc., M.A.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. 
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…
          Pada saat Republik ini lahir dengan mukaddimah UUD 1945nya, yang  ketika itu masih berbunyi “Negara berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya jadi ketika diproklamirkan masih seperti itu kalimah dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya masih tercantum. Baru pada keesokan harinya pada tanggal 18 Agusatus 1945, apa yang di kenal dengan 7 kata ( dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ) itu kemudian di hapus, ini merupakan awal malapetaka, sejak itu kemudian digantilah dengan berdasarkan Ketuhanan yang maha esa.

          60 tahun dengan 6 presiden, mulai dari presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gusdur, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono. Ada sesuatu yang perlu kita ambil hikmah dari perjalanan panjang 6 dasa warsa itu, Apa yang kurang dari sosok presiden Soekarno ?, Dia berhasil mengangkat martabat bangsa ini di forum internsaional, dia menampilkan diri sebagai seorang pemimpin yang revolusioner, membawa bangsa ini ke panggung sejarah. Di selengarakannya konfrensi Asia Afrika. Kemudian konnfrensi ini menjadi pendorong kemerdekaan negara-negara di Asia Afrika. Besar jasanya bung Karno bagi negara ini, tapi kekeliruannyapun tidak luput dari sejarah. Dari seorang tokoh yang demokrat ketika pemerintahan yang parlementer dari 1945-1959. Pemerintahan kita berjalan dengan meletakan kedaulatan di atas tangan rakyat. Tapi dari tahun 1959-1965 beliau tampil sebagai sosok yang bukan demokrat, tapi beliau terkesan menguasai semua kekuasaan kenegaraan. Ada yang menyebut beliau berubah dari seorang demokrat menjadi diktator. Ahirnya takdir Allah berlaku. Bung karno tumbang sesudah terjadinya peristiwa G 30 SPKI. Ketika beliau berkuasa teman-teman sejawatnya banyak yang di tangkap dan di jebloskan ke penjara. Pancasila kemudian di peras –peras menjadi trisila, dari trisila menjadi ekasila, porosnya Nasakom, kemudian nasakom sampai-sampai dinyanyikan oleh anak-anak di sekolah rakyat, “ nasakom jiwaku “ lahir undang-undang Subversi dan sebagainya. Ahirnya bung Karno seolah-olah berada di atas hukum. Seharusnya suatu negara berada dengan memberlakukan The rule of the law tapi yang berlaku the law of the rule. Jadi sang penguasa berada di atas hukum bukan hukum di atas penguasa. Inilah awal sejarah bangsa tentang jatuhnya seorang presiden dari kursinya.

          Kemudian naiklah presiden Soeharto. Pak Hartopun pada awal pemerintahannya sangat demokratis, memperhatikan aspirasi-aspirasi rakyatnya. Pembangunanpun berhasil meskipun meninggalkan hutang yang tidak kecil, tapi rakyat menikmati hasil pembangunan. Tetapi badai menerpa Indonesia. Kita mengalami krisis moneter tahun 1997, di susul dengan krisis ekonomi  kemudian krisis politik dan ahirnya krisis kepemimpinan nasional. Kembali kita menyaksikan sejarah tumbangnya seorang presiden. Pak Harto tumbang dan digantikan oleh Presiden Habi bie. Berapa lama Bung Karno berkuasa ? Bung karno berkuasa selama 21 tahuin, Pak Harto berkuasa selama 32 tahun, kalau sekarang negara kita akan 60 tahun, maka 53 tahun kekuasaan hanya di tangan dua sosok presiden, sisa tujuh tahun. Habibie 518 hari, Gusdur tidak sampai 22 bulan selebihnya Megawati dan Susilo. Pak Susilo pemerintahannya belum genap satu tahun, nanti pada 20 Oktober baru genap satu tahun. Inilah sejarah perjalanan suatu bangsa. Rakyat belum menikmati secara merata pembangunan-pembangunan baik di pusat maupun di daerah-daerah. Lebih dari 40 juta hidup dibawah garis kemiskinan,  SDM kita rendah tarap pendidikan kita rendah, SDM kita peringkat 77 bandingkan dengan vietnam peringkat 76. Malaysia peringkat 45 dan Singapura peringkat 35 negara kita jauh tertinggal. Yang sangat memprihatinkan kita justru pada hal-hal buruk Indonesia berada di depan, contohnya pornograpi indonesia menempati posisi ke dua menurut The asosiated press setelah swedia. Aborsi Indonesia sangat tinggi, setiap tahun sangat tinggi, setiap tahun Aborsi diperkirakan mencapai 3 juta jiwa dan 20 % pelakunya puteri-puteri remaja yang belum menikah. Korupsi kita parah sekali, untuk tingkat Asia kita nomor satu, untuk tingkat dunia kita peringkat ke lima. Itulah sebabnya presiden SBY bertekad untuk mengurangi korupsi dan tidak ada hentinya kata beliau untuk memberantas korupsi, saya rasa rakyat akan memberikan dukungan penuh dalam upaya-upaya menjadikan pemerintahan ini bersih dari korupsi

          Ketika berbicara tentang kekuasaan, ada satu Amanah Allah di dalam Al-Qur’an yang merupakan ciri seorang mukmin yaitu Amanah. Kekuasaan itu Amanah, salah satu kriteria Mukmin Allah tegaskan dalam QS.Al- Mukminun : “Walladziinahum liamaanatihim wa’ahdihim raa’uun”

Apa yang di sebut Mukmin itu ?  Salah satu cirinya adalah orang –orang yang memelihara amanah yang dipikulnya dan janji-janjinya. Kekuasaan itu amanah. Presiden kita yang dulu tumbang, baik Bung Karno, Pak Harto,Abdurrahman Wahid, tidak lepas dari firman Allah tadi, marilah kita renungkan, kalau semua birokrat kita sadar akan amanah, mulai dari presiden sampai ketua RT mau memegang amanah, Subhanallah Indonesia akan menjadi Negara makmur dan sejahtera. Salah satu ciri Iman dan takwa adalah Amanah, sebagaimana firman firman Allah :
“ Walau anna ahlal quro aamanu wattakau lafatahna alaihim barokatim minassamaai wal ardi, walakin kadzzabu fa akhodathum bimaa kaanuu yaksibuun.”

Seandainya penduduk negeri ini beriman dan bertakwa,  sungguh akan aku limpahkan berkah dari langit dan bumi, tetapi jika mereka dustakan firman-firman kami, maka akan kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

          Memelihara hidup yang bersih dari korupsi, sogok, suap menyuap. Lihatlah berapa Gubernur dalam proses peradilan, berapa orang dari kalangan DPR di beberapa daerah juga sedang di adili. Kita menyaksikan KPU dari mulai ketuanya sampai ke bawah berurusan dengan peradilan. Kenapa bisa terjadi ?, karena korupsi. Lembaga-lembaga terhormat yang untuk masuk dan duduk begitu sulit seleksinya, ternyata di tengah perjalanan mereka tidak melakukan apa yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu tidak Amanah dalam dalam tugasnya.

          Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ghozali. Imam Ghozali menitipkan kepada kita pilosofi Wudlu, baru wudlu saja seharusnya orang itu menjadi baik, kalau kita berwudlu dengan sepenuh hati, kita pahami makna wudlu, betapa dahsyatnya wudlu itu. Bagaimana mungkin kata Imam Ghozali tangan yang suci karena wudlu mau mengambil yang bukan haknya. Bagaimana mungkin tangan yang suci karena wudlu mau melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Memark up harga-harga yang harusnya satu juta di buat tiga juta, itulah yang terjadi di Negara kita. Bagaimana mungkin kaki yang suci mau melangkah ke tempat maksiat. Itu baru manfaat wudlu apalaghi sholat. Tapi sekarang kita menyaksikan banyak orang yang tampaknya solat, umroh, bahkan naik haji berkali-kali, tapi sekarang duduk menjadi pesakitan, terdakwa sidang pengadilan, mungkin ini yang di sebutkan Rosulullah : Mereka terlihat solat, tapi sesungguhnya tidak solat,  mereka mungkin terlihat naik haji, tapi sesungguhnya tidak naik haji, dia tidak menghayati makna solat dan haji.

          Kami ingin titipkan apa yang di sampaikan oleh Imam Syafi’i, kita telah mengetahui yang namanya Al-Qur’an, firman Allah itu ada 114 surat, tapi kata Imam Syafi’i sungguh luar biasa seandainya yang di sebut Al-Qur’an itu cukup satu surat, dan surat itu namanya Al-Ashr, itupun sudah cukup bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan diakherat. Inilah mungkin kilas balik, renungan 60 tahun, Indonesiaku, 60 tahun tanah airku merdeka, kita tidak boleh kehilangan harapan dan putus asa karena Allah teruskan firmannya tadi ketika Allah berfirman : “Qod kholat min qoblikum siniina fasiiru fil ardi fandzuruu kaifa kaana aakibatul mukadziibiin”
Kita melihat kebelakang sejarah 60 tahun perjalanan republik  ini. Jatuh bangunnya suatu kekuasaan itu suatu penjelasan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.

“Haadzaa bayaanu linnaasi wahudawwamau’idzotul lilmuttakiin”

Pelajaran berharga bagi manusia, merupakan petunjuk ( Mauidzoh ) bagi orang-orang yang bertakwa, lalu Ayat itu di teruskan:

“Walaa tahinuu walaa tahzanuu waantumul a’launa inkuntum mukminiin”

Kita di larang oleh Allah untuk berputus asa, kehilangan pengharapan, kehilangan optimisme, kehilangan masa depan, sesungguhnya kalian umat yang tinggi, tapi ada syaratnya yaitu sekiranya kalian beriman. Inilah syaratnya komitmen Iman, hanya orang-orang yang beriman yang melahirkan sifat-sifat yang amanah, dan Amanah itu merupakan tonggak kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai. Wallahu ‘alam bisshawab
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ، أَقُولُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِين، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ!